dc.description.abstract | Cerita rakyat adalah cerita dari zaman dahulu yang hidup dalam kalangan rakyat dan diwariskan secara lisan. Pada saat ini cerita rakyat juga sudah banyak dipublikasikan dalam bentuk cetak untuk kepentingan pelestariannya. Cerita rakyat merefleksikan konstruksi masyarakat dalam berbagai perspektif, baik budaya, sosial, ekonomi, maupun agama (religious). Nilai-nilai religious yang terefleksi dalam cerita rakyat nusantara telah terekam selama beratus-ratus tahun dengan baik, baik dalam bentuk lisan maupun tulis (manuskrip dan cetak). Salah satu cerita rakyat yang mengandung nilai-nilai religious adalah cerita rakyat Walisongo. Nilai-nilai itu harus dikaji beserta cara penyampaiannya.. Metode yang digunakan untuk menganalisis nilai-nilai religious dalam cerita rakyat Walisongo adalah metode kualitatif. Metode ini meliputi metode pengumpulan data dan metode analisis data. Data dikumpulkan dari hasil pembacaan terhadap cerita rakyat Walisongo. Selanjutnya, nilai-nilai religious dari cerita rakyat Walisongo dan cara penyampaiannya dibedah dengan teori pragmatik. Cerita rakyat Walisongo menceritakan penyebaran Islam di Nusantara, terutama di Jawa. Walisongo adalah sembilan tokoh legendaris yang benar-benar hidup di Jawa. Mereka adalah sembilan wali yang pertama kali menyebarkan Islam di tanah Jawa. Nilai-nilai ajaran Islam diperkenalkannya secara damai, luwes, dan tanpa meninggalkan adat-istiadat maupun budaya daerah yang telah ada. Nilai religious adalah nilai kehidupan yang mencerminkan tumbuh kembangnya kehidupan beragama yang terdiri atas tiga unsur pokok, yaitu akidah, ibadah, dan akhlak. Akidah dalam cerita rakyat Walisongo berupa beriman kepada Allah. Ibadah terdiri atas dua macam, yaitu mahdah berupa salat dan berdoa dan ghairu mahdah, yakni menolong dan bersyukur. Akhlak ada dua macam pula, yakni akhlaqul karimah yang berupa ikhlas, tawaduk, dan amar ma’ruf nahi mungkar dan akhlaqul madzmumah yang berupa sombong, serakah, dan kikir. Cara penyampaian nilai-nilai tersebut secara tidak langsung, yakni melalui perkawinan, pertanian, dan kesenian. | en_US |